ETH, Raja Altcoin yang Sedang Tertidur
Daftar Isi
Ethereum (ETH) dikenal luas sebagai raja altcoin. Meskipun bukan yang pertama, ETH telah membuka jalan bagi ribuan proyek blockchain yang kini mendominasi dunia kripto. Namun pada 2025, ETH tampak sedang “tertidur” dan bergerak datar. Apakah ini tanda bahaya, atau justru sinyal kuat untuk masuk sebelum reli besar?
Kenapa ETH Disebut Raja Altcoin?
Ethereum adalah pelopor dalam implementasi smart contract, fondasi dari DeFi, NFT, dan dApps yang saat ini digunakan jutaan orang di dunia. Kapitalisasi pasar ETH menempati posisi kedua setelah Bitcoin, menjadikannya simbol utama kekuatan altcoin.
Lebih dari itu, Ethereum telah menciptakan ekosistem yang berkelanjutan. Dari stablecoin seperti USDT dan USDC, hingga proyek DAO dan Web3, semuanya banyak dibangun di atas jaringan Ethereum.
Performa ETH di 2025
Per pertengahan 2025, harga ETH cenderung stagnan di kisaran $3.200–$3.400. Meskipun BTC telah mencetak ATH baru, ETH masih tertahan di bawah level $4.000. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan: apakah Ethereum sedang kehilangan momentumnya?
Bagi sebagian analis, kondisi ini merupakan fase akumulasi. Saat investor retail mulai panik, investor institusional biasanya justru mulai menambah posisi. ETH bisa saja sedang bersiap untuk lonjakan berikutnya.
Faktor Penguatan ETH ke Depan
- Ethereum 2.0: Transisi ke Proof-of-Stake membuat jaringan lebih hemat energi dan scalable.
- Supply berkurang: Mekanisme burning dari EIP-1559 mengurangi jumlah ETH yang beredar.
- ETF Spot ETH: Jika disetujui, akan membawa arus modal besar ke ETH seperti yang terjadi pada BTC.
- Ekosistem Layer 2: Proyek seperti Arbitrum dan Optimism membantu mengatasi isu gas fee dan memperluas skalabilitas.
Tantangan yang Dihadapi ETH
Tidak hanya peluang, ETH juga menghadapi berbagai tantangan. Biaya transaksi masih menjadi masalah utama. Selain itu, kompetitor seperti Solana, BNB Chain, dan Avalanche semakin agresif menarik proyek dan developer dari Ethereum.
Regulasi global terhadap ETH juga bisa menjadi risiko. Status ETH sebagai security atau bukan masih jadi perdebatan di banyak negara.
Apakah Ini Saatnya Akumulasi?
Banyak investor percaya bahwa masa tenang seperti sekarang adalah waktu terbaik untuk menambah portofolio ETH. Dibandingkan ikut FOMO saat harga tinggi, akumulasi di saat stagnan justru memberikan peluang lebih besar secara jangka panjang.
Data on-chain menunjukkan bahwa jumlah ETH yang disimpan di exchange terus menurun, mengindikasikan bahwa investor lebih memilih menyimpan asetnya untuk jangka panjang daripada menjualnya.
Kesimpulan
Ethereum mungkin terlihat tertidur di permukaan, namun di balik layar, fundamentalnya justru semakin kuat. Dengan inovasi teknologi, potensi ETF, dan dukungan institusional yang semakin besar, ETH tetap menjadi aset kripto yang layak dipertimbangkan.
Disclaimer: Artikel ini tidak mengandung ajakan investasi. Selalu lakukan riset sebelum mengambil keputusan finansial.